Rabu, 24 September 2008

About ME :

IKAPFOS, yaitu Ikatan Alumni Pengurus FOSMI FH UNS. Beranggotakan para mantan pengurus FOSMI, baik yang belum lulus maupun yang sudah lulus. Tapi tidak hanya pengurus saja yang masuk menjadi anggota IKAPFOS, para teman2 yang ikut pelatihan2 FOSMI juga masuk di dalamnya. Semasa Mas Sudrajad sebenarnya sudah dibentuk, akan tetapi setelah itu tidak terlihat aktivitasnya lagi. nah, sekarang kami2 mencoba untuk kembali membangun pondasi ukhuwwah ini agar tetap terjalin ikatan tali silaturahmi keluarga besar alumni dan pengurus FOSMI sekarang. Selain itu pula, kita juga menginginkan info2 dari para alumni, yang moga2 menjadi wadah kontribusi riil kepada kami. Maka kami merumuskan dari awal kembali tentang IKAPFOS. Ala kulihal..... datang yang pada hari Ahad, 12 Oktober 2008 dalam acara Grand Launching IKAPFOS dengan membuat struktur yang baru. Ajak juga alumni yang lainnya......!
PJ Jakarta : Akh Anas Rustamaji (2003) HP. 085780221388/081319906201

Sabtu, 20 September 2008





TAQOBBALALLAHU MINNA WA MINKUM
TAQOBBAL YAA KARIIM
'

'Semoga Amal Ibadah kita semua diterima oleh ALLAH SWT'





Kegiatan FOSMI









Selasa, 19 Agustus 2008

Temu IKAPFOS 08

assalamu'alaikum Wr. Wb

Mengundang antum/na dalam temu alumni yang insya Allah akan dilaksanakan pada hari Ahad, 12 Oktober 2008. daftarkan segera pada Contact Person di bawah ini...
ikhwan : Akh Dian P 085229007304
Akh Junaidi 085725449897
Akh Reo 085725659195
akhwat : Ukh Anggrek 08121510753
Ukh Dayu 085642480454
Ukh Miladina 085642104066
atau isi biodata selengkapnya dengan Format sebagai berikut
nama :
nama panggilan :
angkatan :
tempat tanggal lahir :
alamat :
email :
blog :
no Hp :
pekerjaan :
status :
untuk format biodata tersebut diatas dapat dikirimkan langsung melalui email ikapfos
ikapfos08_fh_uns@yahoo.com atau ke alamat Sek. Ged 1 FOSMI FH UNS Jl. Ir. Sutami No 36A, Kentingan Jebres Surakarta.
mengharapkan kehadiran antum/na untuk menyukseskan acara tersebut. atas partisipasinya kami mengucapkan terima kasih.
Infaq : Rp. 20.000,-
No Rek : 1350006447 a.n. Muhammad Yusuf BSM cab. Pasar Kliwon

wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Sabtu, 02 Agustus 2008

ikatan alumni FOSMI Fakultas Hukum UNS

Assalamu'alaikum wr.wb.
FOSMI dah punya blogspot nieh.....buat alumni FOSMI yg mau crita/sharing/kasih info buat temen2 yg lain masuk aj ke blogspot nie ya......
email: nana_manizz@yahoo.com
password blogspot: nanarositasari
Syukron
Wassalamu'alaikum wr.wb.

Kader Dakwah Yang Solid

Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA

dakwatuna.com - “Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al-Anfal: 45-46)
Kata kunci dari ayat ini dalam konteks soliditas adalah At-Tanazu’ yang ditafsirkan oleh para ulama tafsir seperti Ibnu Katsir dan Abu Su’ud sebagai perselisihan pendapat yang menjurus kepada perdebatan dan perpecahan untuk mengunggulkan kepentingan dan orientasi tertentu seperti yang terjadi pada perang Uhud dimana beberapa sahabat yang sudah jelas tugasnya, malah tidak mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya dan lebih memilih pendapat mereka masing-masing demi meraih keuntungan duniawi yang bersifat semu dan sesaat.
Sayyid Quthb memahami kedua ayat ini dan satu ayat sesudahnya sebagai rangkaian faktor untuk meraih pertolongan Allah dan anugerah kemenangan dari-Nya. Seperti juga Ibnu Athiyah menyebutkan bahwa surah Al-Anfal: 45-46 merupakan perintah Allah langsung agar orang- orang beriman tetap teguh untuk meraih janji kemenangan dan pertolongan Allah swt. Di antara faktor yang harus menjadi perhatian serius adalah faktor menjauhi dan menghindar dari hal-hal yang menyebabkan perselisihan, perpecahan dan perdebatan yang berujung kepada su’udz dzan dan ketidak harmonisan hubungan ukhuwwah antar seluruh personal dakwah, karena faktor ini ternyata dapat mempengaruhi dan memberi dampak pada faktor-faktor yang lainnya.
Ayat yang senada dengan peringatan Allah di atas adalah :
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Ali Imran: 103).
Kata kunci dari ayat ini adalah “At-Tafarruq” yang secara makna mirip dengan kata “At-tanazu’” yang menjadi kata kunci ayat sebelum ini. At-Tafarruq merupakan penyakit dakwah yang akan memporak-porandakan bangunan ukhuwwah dalam dakwah. Padahal ukhuwwah merupakan sendi dan pondasi dakwah seperti yang dituturkan oleh Sayyid Quthb dan realisasi dari bangunan taqwa yang menjadi pondasi utama gerakan dakwah seperti yang diisyaratkan oleh Allah melalui ayat ini dan ayat sebelumnya. Dengan kedua pondasi ini, bangunan dakwah akan kuat, solid, hidup dan dinamis serta mampu menjalankan peran Amar Ma’ruf Nahi Munkar seperti yang difahami secara korelatif dari ayat setelahnya.
Ukhuwwah yang dimaksud adalah ukhuwwah fiLlah, ala ManhajiLlah dan Litahqiq manhajiLlah (ukhuwwah karena Allah, atas dasar manhaj Allah dan untuk merealisasikan manhaj-Nya).Kemudian ayat berikutnya yang berada di akhir surah Ali Imran yang menjadi perintah Allah dalam konteks dakwah dan perjuangan adalah senantiasa teguh dan kokoh dalam kesabaran karena memang perjalanan dakwah tidak mengenal kata akhir sehingga dibutuhkan kesabaran yang ekstra dan ini merupakan syarat untuk meraih kemenangan dan kejayaan (Al-Falah). Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (Ali Imran: 200)
Cukuplah tiga rangkaian ayat-ayat di atas menjadi bahan tadabbur dan refleksi kita untuk mengukur sejauh mana peringatan dan pesan Allah tersebut senantiasa mewarnai seluruh gerak dan dinamika dakwah ini. Begitulah memang dakwah yang terdiri dari beragam komponen yang harus saling bersepadu, ibarat sebagai sebuah kendaraan (karena dakwah seringkali diilustrasikan dengan kendaraan) dengan beragam komponen dan onderdil yang menyatu dengannya; roda, kemudi, busi, aki dan sebagainya, termasuk yang paling urgen di dalamnya adalah mesin kendaraan. Bergeraknya sebuah kendaraan; lamban atau cepat ditentukan dengan peran seluruh komponen yang ada. Dinamisnya sebuah dakwah sangat ditentukan oleh seluruh komponen dakwah dari para kader yang dimilikinya, media dan fasilitas penunjang serta para pemimpin yang bijak yang memberi arahan dan keputusan yang tepat.
Dalam perjalanannya, seluruh komponen kendaraan tadi tentunya memerlukan perawatan, pemeliharaan dan servis yang berkesinambungan agar laju gerak kendaraan bisa tetap stabil, terukur dan terarah. Begitupula dengan dakwah, seluruh komponen dakwah sangat membutuhkan penyegaran, perhatian dan pembinaan yang berterusan dan berkesinambungan secara bertahap sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Disinilah peri pentingnya soliditas kader yang menjadi mesin penggerak roda dakwah.
Di usia dakwah yang sedang menginjak usia matang, maka tantangan ke depan akan lebih variatif, namun tetap kekuatan yang akan bisa melawannya adalah soliditas kader. Meminjam istilah Muhammad quthb bahwa gerak roda dakwah ditentukan oleh gerak aktif para da’i (kader dakwah). Di tangan mereka dakwah ini maju, berkembang dan menebar kebaikan. Ketika da’i mengalami kelesuan apalagi kemandekan, maka akan sangat berpengaruh kepada perjalanan dakwah itu sendiri.
Dalam konteks soliditas ini, paling tidak terdapat dua suplemen utama dalam rangka membangun soliditas internal para da’i (kader dakwah), yaitu kematangan spritualitas dan kekokohan moralitas. Kematangan spritualitas merupakan cermin kedekatan dan keharmonisan hubungan dengan sang Khaliq. Sedangkan kekokohan moralitas merupakan bukti keteladanan kader dakwah di tengah masyarakat. Dua potensi inilah menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud yang akan menjadi back up di masa-masa sulit dan masa pancaroba dakwah yang harus menjadi fokus perhatian dakwah. Karena sesungguhnya persoalan inti dakwah dalam tinjauan anashirnya bukan pada wasilah, uslub atau madah dakwah, tetapi yang lebih utama adalah persoalan da’i (kader dakwah) itu sendiri yang menjadi sentral perjalanan dakwah.
Betapa banyak tentunya pesan dan arahan Allah yang ditujukan khusus kepada para da’i-Nya agar dakwah ini tetap berjalan di atas rel yang diridhoi-Nya dan membuahkan hasil berupa kebaikan dan kemaslahatan bersama.
Jangan sampai citra dakwah justru tercoreng sendiri oleh para da’i-Nya “Ad-Dakwatu Mahjubatun bid Du’at”. Allahu a’lam

Kader Dakwah Yang Solid

Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA

dakwatuna.com - “Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al-Anfal: 45-46)
Kata kunci dari ayat ini dalam konteks soliditas adalah At-Tanazu’ yang ditafsirkan oleh para ulama tafsir seperti Ibnu Katsir dan Abu Su’ud sebagai perselisihan pendapat yang menjurus kepada perdebatan dan perpecahan untuk mengunggulkan kepentingan dan orientasi tertentu seperti yang terjadi pada perang Uhud dimana beberapa sahabat yang sudah jelas tugasnya, malah tidak mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya dan lebih memilih pendapat mereka masing-masing demi meraih keuntungan duniawi yang bersifat semu dan sesaat.
Sayyid Quthb memahami kedua ayat ini dan satu ayat sesudahnya sebagai rangkaian faktor untuk meraih pertolongan Allah dan anugerah kemenangan dari-Nya. Seperti juga Ibnu Athiyah menyebutkan bahwa surah Al-Anfal: 45-46 merupakan perintah Allah langsung agar orang- orang beriman tetap teguh untuk meraih janji kemenangan dan pertolongan Allah swt. Di antara faktor yang harus menjadi perhatian serius adalah faktor menjauhi dan menghindar dari hal-hal yang menyebabkan perselisihan, perpecahan dan perdebatan yang berujung kepada su’udz dzan dan ketidak harmonisan hubungan ukhuwwah antar seluruh personal dakwah, karena faktor ini ternyata dapat mempengaruhi dan memberi dampak pada faktor-faktor yang lainnya.
Ayat yang senada dengan peringatan Allah di atas adalah :
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Ali Imran: 103).
Kata kunci dari ayat ini adalah “At-Tafarruq” yang secara makna mirip dengan kata “At-tanazu’” yang menjadi kata kunci ayat sebelum ini. At-Tafarruq merupakan penyakit dakwah yang akan memporak-porandakan bangunan ukhuwwah dalam dakwah. Padahal ukhuwwah merupakan sendi dan pondasi dakwah seperti yang dituturkan oleh Sayyid Quthb dan realisasi dari bangunan taqwa yang menjadi pondasi utama gerakan dakwah seperti yang diisyaratkan oleh Allah melalui ayat ini dan ayat sebelumnya. Dengan kedua pondasi ini, bangunan dakwah akan kuat, solid, hidup dan dinamis serta mampu menjalankan peran Amar Ma’ruf Nahi Munkar seperti yang difahami secara korelatif dari ayat setelahnya.
Ukhuwwah yang dimaksud adalah ukhuwwah fiLlah, ala ManhajiLlah dan Litahqiq manhajiLlah (ukhuwwah karena Allah, atas dasar manhaj Allah dan untuk merealisasikan manhaj-Nya).Kemudian ayat berikutnya yang berada di akhir surah Ali Imran yang menjadi perintah Allah dalam konteks dakwah dan perjuangan adalah senantiasa teguh dan kokoh dalam kesabaran karena memang perjalanan dakwah tidak mengenal kata akhir sehingga dibutuhkan kesabaran yang ekstra dan ini merupakan syarat untuk meraih kemenangan dan kejayaan (Al-Falah). Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (Ali Imran: 200)
Cukuplah tiga rangkaian ayat-ayat di atas menjadi bahan tadabbur dan refleksi kita untuk mengukur sejauh mana peringatan dan pesan Allah tersebut senantiasa mewarnai seluruh gerak dan dinamika dakwah ini. Begitulah memang dakwah yang terdiri dari beragam komponen yang harus saling bersepadu, ibarat sebagai sebuah kendaraan (karena dakwah seringkali diilustrasikan dengan kendaraan) dengan beragam komponen dan onderdil yang menyatu dengannya; roda, kemudi, busi, aki dan sebagainya, termasuk yang paling urgen di dalamnya adalah mesin kendaraan. Bergeraknya sebuah kendaraan; lamban atau cepat ditentukan dengan peran seluruh komponen yang ada. Dinamisnya sebuah dakwah sangat ditentukan oleh seluruh komponen dakwah dari para kader yang dimilikinya, media dan fasilitas penunjang serta para pemimpin yang bijak yang memberi arahan dan keputusan yang tepat.
Dalam perjalanannya, seluruh komponen kendaraan tadi tentunya memerlukan perawatan, pemeliharaan dan servis yang berkesinambungan agar laju gerak kendaraan bisa tetap stabil, terukur dan terarah. Begitupula dengan dakwah, seluruh komponen dakwah sangat membutuhkan penyegaran, perhatian dan pembinaan yang berterusan dan berkesinambungan secara bertahap sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Disinilah peri pentingnya soliditas kader yang menjadi mesin penggerak roda dakwah.
Di usia dakwah yang sedang menginjak usia matang, maka tantangan ke depan akan lebih variatif, namun tetap kekuatan yang akan bisa melawannya adalah soliditas kader. Meminjam istilah Muhammad quthb bahwa gerak roda dakwah ditentukan oleh gerak aktif para da’i (kader dakwah). Di tangan mereka dakwah ini maju, berkembang dan menebar kebaikan. Ketika da’i mengalami kelesuan apalagi kemandekan, maka akan sangat berpengaruh kepada perjalanan dakwah itu sendiri.
Dalam konteks soliditas ini, paling tidak terdapat dua suplemen utama dalam rangka membangun soliditas internal para da’i (kader dakwah), yaitu kematangan spritualitas dan kekokohan moralitas. Kematangan spritualitas merupakan cermin kedekatan dan keharmonisan hubungan dengan sang Khaliq. Sedangkan kekokohan moralitas merupakan bukti keteladanan kader dakwah di tengah masyarakat. Dua potensi inilah menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud yang akan menjadi back up di masa-masa sulit dan masa pancaroba dakwah yang harus menjadi fokus perhatian dakwah. Karena sesungguhnya persoalan inti dakwah dalam tinjauan anashirnya bukan pada wasilah, uslub atau madah dakwah, tetapi yang lebih utama adalah persoalan da’i (kader dakwah) itu sendiri yang menjadi sentral perjalanan dakwah.
Betapa banyak tentunya pesan dan arahan Allah yang ditujukan khusus kepada para da’i-Nya agar dakwah ini tetap berjalan di atas rel yang diridhoi-Nya dan membuahkan hasil berupa kebaikan dan kemaslahatan bersama.
Jangan sampai citra dakwah justru tercoreng sendiri oleh para da’i-Nya “Ad-Dakwatu Mahjubatun bid Du’at”. Allahu a’lam