Jumat, 01 Agustus 2008

Kupersembahkan Teruntuk Para Pejuang Yang Berjiddiyah Menjadi Kekasih Allah

Kupersembahkan Teruntuk Para Pejuang Yang Berjiddiyah Menjadi Kekasih Allah

Tuhan Sambunglah Cintaku Yang Terputus Dengan CintaMu Yang Maha Qudus

Teriring senandung Ramadhan yang begitu menyentuh qalbu….Sudahkah kau paham apa arti cinta?. Beruntunglah orang–orang yang mempunyai cita-cita, ambisi atau-pun pengharapan yang tinggi dalam hidupnya. Karena itu adalah buah dari Cinta! dan dengannya-lah manusia bergerak untuk makna sebuah hidup. Tapi sudahkah kita pahami apakah makna dibalik gerak itu? Sudahkah kita pahami kemanakah cita-cita, ambisi, dan pengharapan yang tinggi itu seharusnya diarahkan? Adakah kekuatan disana? Adakah pelajaran yang teramat dalam disana?. Aku-pun belum begitu paham untuk memaparkannya. Karena memang hidup tak sekedar hitam diatas putih. Tapi perlahan kupelajari, bahwa harusnya semua itu adalah karena energi cinta yang begitu agung, begitu suci, begitu penuh pesona!. Hingga membuat segala sesuatu yang hampa menjadi penuh nuansa. Kita-pun sama-sama tahu bahwa hidup kita takkan abadi, kita-pun tahu betul bahwa kita selalu kehausan akan amal, bahkan kita-pun merasa belum yakin akan kebaikan kita tatkala Israil kian dekat mendekap. Tapi anehnya dunia ini terlalu menyibukkan rasa dan pikiran kita untuk lebih peduli dan lebih dalam mengetahuinya dari pada untuk lebih peduli dan lebih dalam merenungi masalah ukhrawi tersebut. Hingga yang sering muncul adalah rasa cinta terhadap dunia.

“Begitulah Allah dengan 99 AsmaNya. Ia tetap mencintai kita meski kita lupa untuk mencintaiNya

Cita-cita, ambisi ataupun pengharapan yang tinggi akan kerajaan dunia membuat kita lalai akan kerajaan kita di syurga. Andaikan dihati kita ada cinta untuk-Nya, mungkin saja masih terbatas karena hanya mengharap nikmat syurga, takut dengan siksa neraka atau mengharap pertolongan-Nya agar hidup di dunia selalu dalam kemudahan& kebahagiaan. Mungkin itu bukan pengharapan yang salah! akan tetapi itu belum-lah menjadi sebuah hakikat cinta pada dan karena Allah yang sesungguhnya. Dan pastinya ia harus belajar, belajar dan belajar lagi akan arti dan tujuan hidup ini. Andai dalam hati itu ada sebenar cinta maka yang menjadi cita-cita, ambisi atau pengharapan tertinggi itu seharusnya adalah Perjumpaan dengan wajahNya dan bersua denganNya tanpa sehelai hijabpun yang menghalanginya.

“Jika Syurga Itu Tiada Masihkah Engkau Setia dan Ikhlas Menghamba Pada-Nya? “

Dunia yang kian panas, kian riuh, kian sesak, kian tercemar, kian bising membuat susah hati untuk khusyuk mengingatNya, kecuali jika kita melarikan hati dan pikiran menuju kesunyian dan kelezatan muhasabah.

Ar-Rahman… Sungguh asma yang teramat indah! apalagi jika kita telah dalam melihat aplikasi asma itu dalam kehidupan kita. Begitu pemurahnya Ia hingga benar-lah bahwa Ia adalah Sang Maha Pemurah, Ia memberi begitu banyak limpahan nikmat pada hamba-hambaNya, sekalipun mereka adalah jahat ataupun kafir. Karena dunia ini bagi-Nya tak lebih mahal harganya daripada sayap seekor nyamuk. Astaqfirullah…! betapa tertipunya kita selama ini, tapi tetap saja kita berlayar dan bahkan berlabuh dibahtera kehinaan itu.

“Berapa Lama Lagi Kita Menjauh Dari Pelabuhan Cinta-Nya?”

Lihatlah! betapa tak berharganya semesta yang begitu megah terpandang mata. Masih saja tiap perbuatan kita ini hanya sebatas pemuasan ego dan ambisi yang buta. Sudahkah ambisi kita akan sekolah, kuliah itu agar Ia Ridho? Atau sekedar agar kita cerdas atau dikatakan memiliki prestise tinggi?, sudahkah ambisi kita untuk pusing, sibuk, bahkan tak jarang murung dalam keletihan menjemput maisyah itu agar Allah Tersenyum? Atau sekedar kebanggaan dan arena penumpukan harta untuk 7 turunan kita mendatang?, sudahkah ambisi kita untuk menikah itu agar cinta kita pada Allah semakin membaja? Atau malah kita membuatNya cemburu karena sibuknya dan terlalu asyiknya kita dengan nafsu yang telah tersalurkan meskipun pada sesuatu yang halal?, sudahkan ambisi kita untuk menaklukkan dunia ini agar Allah semakin sayang? Atau justeru kita terlalu terlelap dalam tarian dunia hingga kita terlupa untuk segera menaiki kereta menuju pulang kepadaNya?.... Hanya hatimu yang mampu berkisah!

“Sepertinya kita masih terlalu cinta dengan dunia dan lebih mendengar apa kata dunia dari pada cinta dan mendengar apa kata Allah…”

Lihat Saja…

Andai ada telpon atau sms yang masuk ke Hp, kita berlari begitu cepatnya untuk mengangkat atau membukanya, lebih cepat dari kilatan petir mungkin!. Padahal saat adzan berkumandang, kita masih saja terdiam dan mengatakan “ kok cepet banget sih sudah adzan bla..bla..”. tanpa ada gerakan untuk bergegas mengambil air wudhu.

Lihat Saja…

Andai Berkas lamaran kerja kita ada yang kurang, mati-matian kita melengkapinya meskipun akan menguras seluruh isi kantong kita, atau andai pulsa kita sudah habis, mati-matian kita cari duit bahkan tak segan pinjam hanya untuk membeli pulsa seharga 10, 20 atau 100 ribu…it’s Ok!. Padahal jika ada kotak infaq didepan kita, untuk mengeluarkan uang 1000 saja merasa sudah banyak, atau masih paaanjang itung-itungnya untuk masukin uang 5000 ke kotak infaq itu. Padahal Allah tak bernah berhitung dengan nikmat yang Ia berikan pada hambaNya, sebagai contoh…dengarkan desahan nafasmu, adakah Allah memberi harga padanya? Andai ada harganya mungkin kita takkan bernafas lagi.

Lihat Saja…

Andai kita sedang berbincang, semua hal kita ungkapkan dengan ringan dan begitu mudah bahkan pada hal yang tak menjadi tema-pun diungkapkan. Tapi kita sangat berat dan susahnya minta ampun untuk mengawali hari dengan sekedar membaca basmallah atau berucap hamdallah akan segala sesuatunya yang telah kita lewatkan, hingga hari esok-pun masih sempat kita jelang.

Lihat Saja…

Andai begitu banyak lowongan kerja, ributnya Masya Allah untuk melamar, antri panjang luar biasa tetap tak jadi soal. Semua tetap di upayakan dengan gigih dan penuh gairah. Tapi kita tak sadar padahal di sisi kita ada lowongan di syurga dan di neraka. Dan kita terlupa untuk mempersiapkan lamaran kesana, bahkan tak terpikir lagi syurga atau neraka yang menjadi tempat terbaik! kita letih dengan Qiyamul lail, kita malas untuk menunaikan dhuha, kita tak begairah untuk membaca dan memahami ayat-ayat cintaNya, pelitnya minta ampun bersedekah, kita gelisah dengan kajian yang tak kunjung usai, kita tertekan dengan nasihat-nasihat bijak yang harusnya dapat menyadarkan kerdil dan lalainya kita, Sungguh! kita tak bergegas untuk itu semua.

Lihat Saja…

Andai Bos kita menyuruh kita menunaikan sebuah amanah, dengan kekuatan ekstra kita tunaikan, bahkan sebelum deadline tetap diupayakan untuk segera selesai. Tapi lihatlah ketika Allah menyeru kita pada jalan-Nya, adakalanya dengan sengaja kita pura-pura tak mendengar atau acuh mengabaikannya& tak jarang menghianatiNya.

Lihat Saja…

Andai uijan semesteran tiba, luarbiasanya kita pinjam catatan kesana-kemari, antri copya-an, belajar sks demi sebuah nilai yang baik atau paling tidak ya “lumayan-lah”. Tapi lihatlah betapa terlenanya kita hingga tak sempat belajar agar kelak kita bisa menjawab dengan baik pertanyaan malaikat kubur

“Lihat saja….lihat saja…lihat saja apa saja yang bisa kau lihat…hingga apa saja yang kau lihat itu akan mampu berbicara padamu kelak”

Hidup ini bukanlah tempat mengeluh akan akibat dari sebuah peristiwa. Karena di sini bukan tempat untuk sebuah hasil tapi tempat bagi proses…ya! proses perjuangan!. Hidup bukan perkara tertawa atau menangis karena hidup bukan perkara bahagia atau sedih tapi hidup adalah perkara pembuktian… ya! pembuktian kesetiaan kita sebagai hamba tanpa peduli Sang Tuan akan memberi kita rasa atau peristiwa apa?!. Karena sejatinya cinta, tak melihat pengorbanan sebagai pengorbanan lagi tapi ia melihat pengorbanan itu sebagai pembuktian!!. Pembuktian Cinta yang Qudus…

“Dunia akan semakin kencang berlari ketika kita mengejarnya. Karena Dunia hanya bisa dikejar jika kita telah berhasil mengejar akhirat, sudahkah kita???

Oleh karena itu jangan bersedih andai tak kau dapatkan apa-apa dari dunia ini selain kehinaan dan keletihan yang teramat jika akhirat telah begitu jauh dalam rengkuhan

Karena Dunia di singgahi setelah Akhirat di diami…”

Presented By Ababil Al-Adawiyah /24 Ramadhan 1429H

Heny EbtaSari 03

1 komentar:

ketawalah mengatakan...

semoga hamba yang nakal dan liar ini menjadi jinak dan patuh kepada Pemilik Alam. Dan jatuh hati pada-Nya hingga lupa akan cinta terhadap makhluk-Nya yang lain. Dan bisa mengambil pelajaran dari karya di atas.